Cinta terlarang
Belum genap usia mereka dalam menjalani cerita cinta dan belum genap pula mental yang terbentuk di antara keduanya. Ini yang seharusnya tidak terjadi, ketika kecemasan dan rasa bersalah menjadi satu hal pahit yang harus dikecap. Hari itu terjadi percakapan hebat diantara keduanya, saling menyalahkan dan pasrah dengan keadaan. Segala upaya dilakukan oleh Sucipto agar tidak kehilangan sang pujaan hati. Orang tua Sucipto yang bekerja sebagai tukang sapu di sebuah gudang dekat rumahnya itu sudah kehabisan akal, berharap agar semua masalah dengan Mona kekasihnya cepat terselesaikan.
Sebelum semua hal rumit ini terjadi, keduanya adalah pelajar dari SMA yang sama. Mereka mengisi hari-hari dengan aktivitas layaknya pelajar pada umumnya. Ketika mereka hendak meluangkan waktu bersama mereka harus bermain sembunyi dari orang tua maupun teman-temannya. Mereka juga kerap bertengkar dan berbagi suka, duka dan tawa. Sucipto yang saat itu sudah lulus leih dulu, ingin sekali mengantar dan menjemput kekasihnya jika hendak ke sekolah, pergi keluar saat hari libur dan menghabiskan waktu bersama keluarga tercinta. Tapi tuhan berkehendak lain nampaknya.
Menurut kabar yang berdengung, kalau dari dulu kisah cinta mereka tidak pernah mendapat restu baik dari orang tua bahkan teman-temannya. Bukan karena latar belakang keluarga atau hal yang berbau dengan nilai materil, namun lebih tertuju pada permasalahan di mana pentingnya menjaga perasaan orang lain. Hal ini berawal ketika dulu sekali sewaktu pertama kali Sucipto dan Mona saling mengenal. Kala itu teman akrab Mona yang secara diam-diam menyukai Sucipto. Betapa kagetnya Sucipto ketika ia mendapat sanjungan dari teman Mona, ia pun merespon dengan biasa-biasa saja. Tetapi selang waktu yang lama, ternyata perhatian yang diberikan pada Sucipto dirasa sangat berlebihan, karena perasaan itu tidak pernah sekalipun diinginkan oleh Sucipto. Atas saran dari teman-temannya termasuk Mona, ahirnya Sucipto menerima teman Mona dengan terpaksa. Sampai suatu ketika terjadi konflik di antara keduanya dan berujung dengan pertengkaran hingga saling berjauhan.
Peristiwa lampau yang membuat orang tua Mona enggan menerima Sucipto berlanjut hingga kini. Tapi hal tersebut tidak membuat Sucipto menyerah, ia terus berusaha untuk meyakinkan agar orang tua Mona dapat menerimanya suatu saat nanti. Sampai sekarang hubungan mereka sudah seperti permainan petak umpet yang sering di mainkan oleh anak-anak kecil. Mona selalu merasa bersalah karena dulu sebelum hatinya benar-benar jatuh di pelukan Sucipto, Mona pernah merasakan betapa indahnya memiliki seorang teman yang dapat dijadikan tempat untuk mencurahkan segala isi hatinya. Namun, kini semua itu sudah sirna. Sebelum Mona dan temannya saling berjauhan dua gadis muda ini pernah menjadi teman baik sampai mereka bertemu dengan Sucipto.
Kembali melihat keseharian pasangan ini. Dalam beberapa Minggu ini mereka memang terlihat sangat bahagia lantaran perhatian Sucipto yang sangat berbeda dari biasanya. Bermula dari kedatangan Sucipto yang kerap bermain ke rumah Mona hingga kelewat batas sampai terjadi peristiwa yang tidak diinginkan. Terlihat dari hari ke hari keadaan Mona agak berbeda, ia lebih suka berdiam diri dan banyak melamun. Entah apa yang ia pikirkan sekarang ini? Setelah selang beberapa hari, Mona memberitahukan keadaannya kepada Sucipto. Hari itu terjadi hal yang tidak diinginkan dan kali ini pertengkaran mereka jauh melampaui batas. Mona yang sejak beberapa hari merasa sangat bahagia, hari ini nampak berbeda. Wajahnya pucat, entah lantaran kelelahan karena jadwal kegiatannya yang padat atau karena ia takut kehilangan sang kekasih. Setelah lama mereka berbincang-bincang ahirnya Mona meninggalkan Sucipto dalam keadaan bingung.
Hari itu juga, Sucipto terlihat sangat sibuk. Ia berjalan ke sana kemari mencari bantuan entah apa yang ia cari. Setelah seharian berlalu lalang, di hari berikutnya pagi-pagi sekali ia berlari ke pasar dekat rumahnya dan ia membeli sesuatu yang dibungkus dengan kantong plastik hitam. Sebelum matahari tepat di atas kepalanya, Sucipto kembali bergegas pergi menemui Mona. Kemudian Sucipto memberikan bungkusan yang tadi pagi dibelinya dari pasar. Dengan mengendap-endap dan seperti tidak ingin diketahui oleh orang lain, Mona membawa masuk bungkusan tersebut ke dalam kamar dan saat itu juga Sucipto kembali pulang. setelah sebelumnya ia membisikkan sesuatu ke telinga Mona.
Sucipto yang menjalani hari-harinya sebagai pemuda penggangguran, kini Sucipto tengah disibukkan dengan kegiatan yang tidak jelas. Seperti seseorang yang mengidam-idamkan sesuatu, disetiap paginya Sucipto tidak pernah absen untuk belanja di pasar. Namun hal itu ia jalani hanya beberapa hari saja, karena setelah Mona mengeluhkan sesuatu kepadanya. Sekarang Sucipto berpindah tempat belanja yang sedikit besar kapasitasnya. Siang itu terlihat raut muka Sucipto yang kurang sedap. Sekembalinya Sucipto dari pasar, lagi-lagi ia membawa bungkusan. Namun kali ini terlihat sangat mencolok, sengaja disembunyikan. Hari sudah semakin sore dan Sucipto harus pulang karena sudah terlalu lama ia menemani Mona. Kepulangan Sucipto sore itu membuat Mona nampak bahagia lantaran karena sudah mendapatkan sesuatu atau mungkin karena berhasil megerjai Sucipto.
Ketika malam tiba, Sucipto kembali menemui Mona dan menanyakan keadaannya. Hari ini Sucipto kelihatan lebih semangat karena siang tadi gadis yang menjadi pujaan hatinya sudah memberikan sapaan manis padanya. Sepulangnya Sucipto dari rumah Mona, Sucipto membantu nenek-nenek tua menyeberang jalan dan semua itu membuat riang hati Sucipto. Namun, setibanya kembali Sucipto di rumah Mona, wajah gembira itu sudah tidak terlihat lagi. Sebelum Sucipto sampai di rumah Mona ia berdoa kalau seandainya terjadi sesuatu pada Mona ia akan tetap di sini dan menemani sang pujaan hati namun jika Mona sembuh ia akan pergi meninggalkan Mona. Ketika Sucipto datang dan menampakkan wajah muram, berbeda dengan Mona ia terlihat sangat bahagia hari ini. Sambil malu-malu Mona membisikkan sesuatu di telinga Sucipto “aku lagi dapet”…………………………
The end